Sabtu, 08 Mei 2010

PROFILE DOMBA GARUT

Sumber : www.disnak.jabarprov.go.id/data/arsip/profil_domba_garut.pdf

LATAR BELAKANG
Usaha ternak domba di Kabupaten Garut telah lama diusahakan oleh petani ternak di pedesaan yang hampir
tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Garut, baik sebagai usaha pokok maupun usaha sampingan yang
dipadukan dengan usaha tani. Oleh karena itu keberadaan usaha ternak domba dapat memberikan kontribusi nyata
terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Dilihat dari rata-rata tingkat
kepemilikan ideal, dimana skala pemilikan ideal adalah 20 – 50 ekor per peternak.
Ternak domba umumnya dipelihara secara tradisional yang berfungsi sebagai tabungan, sumber pupuk kandang
serta sumber pendapatan sebagai hewan kesayangan., rata-rata tingkat kepemilikan umumnya rendah yaitu
dibawah 10 ekor per keluarga petani. Hal tesebut tidak mengurangi nilai keberadaan ternak domba di masyarakat
karena keterampilan petani ternak tersebut dapat diandalkan bila mereka diberi motivasi usaha dan tingkat
permodalan yang memadai. Hal ini karena selain cocok dengan lingkungan setempat juga sudah akrab dan
menjadi tradisi yang turun temurun dengan masyarakat petani di daerah, khusus Domba Garut sebagai domba laga
atau sebagai hewan kesayangan, biasanya dipelihara oleh mereka yang memiliki tingkat permodalan yang kuat,
karena harga domba tersebut sangat memiliki harga yang mhal dan unsure seni serta keindahan yang ditonjolkan.
Sejalan dengan keberadan ternak domba yang beredar dimasyarakat selama ini, maka Pemerintahan kabupaten
Garut menjadikan ternak domba sebagai komoditas unggulan serta menjadi kebanggaan nasiaonal karena memiliki
khas yang tidak dimiliki oleh jenis/bangsa domba lainnya di dunia.
Domba Garut banyak dipelihara dipedesaan oleh para peternak di Jawa Barat, karena domba tersebut lahir dengan
perkembangan usaha sampai sekarang bahwa Domba Garut banyak tersebar di luar Jawa Barat seperti Sumatra
Utara, Jawa Tengah namun perkembangannya belum menggembirakan.
Salah satu keistimewaan ternak Domba Garut yaitu ternak domba jantan dengan anatomi tanduknya yang
bermacam-macam, tubuhnya serta tempramen/sifat-sifat yang spesifik sebagai domba adu dan terkenal denagn
domba tangkas dan sekarang lebih dikenal dengan domba laga, karena domba adu memiliki konotasi yang kurang
baik di masyarakat. Dikatakandomba tangkas karena memiliki seni ketangkasan yang dipadukanengan seni
pancake silat, dan dikatakan domba laga karena berlaga dilapangan yang menarik perhatian orang banyak serta
memiliki unsure seni yang indah dipandang.
Setelah berdirinya himpunan Peternak Domba Garut Kambing Indonesia (HPDKI) istilah “adu” dihilangkan karena
untuk tidak mengasosiasikan kata “adu” dengan permainan judi. Sebagai seni khas kebudayaan Jawa Barat
terutama masyarakat Priangan, sejak jaman dahulu sampai sekarang dikenal dan digemari oleh masyarakat banyak,
hal ini karena sebagai seni dan hiburan yang murah meriah.
SENI KETANGKASAN DOMBA GARUT
Seni ketangkasan Domba Garut merupakan salah satu kegemaran tersendiri yang disenangi serta ternak domba
Garut dapat dikategorikan sebagai hewan kesayangan serta hewan kebanggaan. Domba Garut dipelihara secara
khusus artinya dengan perlakuan dalam pemeliharaannya secara khusus terutama dalam membentuk tanduk agar
memiliki temperamen yang indah dan kelihatan gagah, sehingga tercipta motto tentang domba garut yaitu “
Tandang di Lapang, Gandang di Lapang, Indah Dipandang serta Enak Dipanggang”.
Seni ini merupakan ajang kontes dalam memilih bibit sebagai raja dan ratu bibit ternak domba Garut, karena setiap
event pertandingan ternak domba yang bagus sangat mendapat sorotan setiap peternak dan penggemar, dengan
sendirinya bahwa ternak tersebut memiliki harga yang sangat tinggi.
Perlombaan atau kontes ternak ini merupakan tempat berkumpulnya par peternak dan pemilik, para penggemar,
tokoh Domba Garut serta perkumpulan organisasi profesi yang dihimpun dalam wadah HPDKI (Himpunan
Peternak Domba Kambing Indonesia).
Pemeliharaan Domba Garut sebagai domba tangkas (laga) telah sejak lama dilakukan oleh para peternak,
penggemar ketangksan domba dengan perlakuan yang sangat istimewa serta kepemilikan domba tersebut dahulu
disebut “juragan”. Peternak pemelihara harus memliki nilai jiwa seni yang khusus serta akrab dengan domba.
Berbagai upaya dan pengorbanan para peternak Domba Garut semata-mata diarahkan untuk menciptakan
keunggulan Domba Garut pejantan di arena perlombaan (ketangkasan), sebab domba laga yang unggul akan
menyandang gelar juara serta mendapart nilai jual yang melonjak tinggi.
Karena ternak Domba Garut merupakan bagian dari ternak seni, maka setelah Domba Garut tandang di lapang,
salah satu kegembiraan yang diraih oleh pemiliknya atau pelatihnya, ketika domba tersebut mengalunkan seni
sesuai irama ketukan kendang.
Dalam seni ketangkasan domba jarang terjadi kecelakaan pada ternak domba apalagi sampai terjadi cacat atau
mati, sebab setiap pertandingan selalu diawasi oleh :
• Dewan Hakim
• Dewan Juri
• Wasit
Domba Garut sebagai domba tangkas atau domba laga terbagi atas kelas-kelas, yaitu :
• Kelompok kelas A dengan berat badan 60 – 80 kg ;
• Kelompok kelas B dengan berat badan 40 – 59 kg ;
• Kelompok kelas C dengan berat badan 25 – 39 kg.
Demikian pula pukulan-pukulannya dibatasi menurut pembagian kelas masing-masing, umpamanya kelas A
sebanyak 25 pukulan, kelas B sebanyak 20 pukulan dan kelas C sebanyak 15 pukulan. Selain dari pada pembagian
kelas tersebut, ada pula pembagian khusus yang disebut kelas pasangan, kelas pasangan dikhususkan domba yang
mempunyai criteria kesamaan warna bulu, tinggi, berat badan, keserasian tanduk, keserasian gaya pukulan dan
keserasian lainnya. Untuk kelas ini jumlah pukulannya ditentukan 20 – 25 pukulan. Dasar penilaian dalam
pertandingan inilai dari pukulan, gaya bertanding, ketangkasan dalam bertanding, keindahan fisik, kelincahan dan
stamina.
Untuk keturunan yang bagus, anak domba jantan umur satu minggu sudah kelihatan bakal tanduknya, seiring
dengan bertambahnya umur domba bertambah besar pula tanduknya. Pada saat pertumbuhan, tanduk itu tidak
keluar langsung dan indah. Untuk menjadikan seperti yang diharapkan memerlukan suatu ketelatenan dan
kemahiran dalam merawat tanduk. Beberapa pengalaman para peternak dalam merawat tanduk domba diantaranya
sebagai berikut :
a. Agar tanduk berwarna hityam mengkilap, biasanya digosok dengan kemiri ;
b. Untuk membentuk tanduk yang simetris, dipanaskan dahulu kemudian diurut sambil dibentuk ;
c. Untuk melatih kekuatan, keindahan tanduk diberi latihan beradu 1 (satu) minggu sekali ;
d. Rambut / bulu di sekitar tanduk dibersihkan ;
e. Pencukuran bulu dilakukan secara rutin serta dibentuk tampak kelihatan gagah.
Pendekatan yang ditempuh adalah bagaimana memberikan pengertian kepada para peternak terutama
dikeluarkannya kebijakan pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Garut agar keberadaan dan kelestarian
seni ketangkasan Domba Garut memiliki nilai budaya yang dapat diakui oleh segenap masyarakat, bahwa seni
ketangkasan ini bukan “NGADUKEUN DOMBA” tetapi seni yang dimilki oleh ternak domba yang harus
dimodifikasi dan citra adu domba dengan sendirinya harus hilang dalam pandangan masyarakat luas.
Sejalan dengan pemahaman di atas bahwa yang harus dilakukan sebagai unsure seni adalah mengubah suasana adu
domba yang tidak jelas keberadaannya dihimpun dalam wadah atau tatanan atauran dalam meningkatkan nilai
tambah sebagai prestasi domba dan peternaknya. Hal tersebut perlu dilakukan sosialisasi pemahaman terhadap seni
ketangkasan yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan prestasi sehingga seni ketangkasan Domba Garut
merupakan komoditi yang dapat dijual unsure seninya.
OLeh karena itu diperlukan peranan pemerintah serta kumpulan peternak yang dihimpun dlam organisasi HPDKI
dalam meningkatkan keberadaan Domba Garut agar mampu berkiprah dalam meningkatkan pendapatan peternak
sehingga peternak domba lebih maju, efisien dan tangguh untuk menambah devisa daerah.
SPESIFIKASI TERNAK DOMBA GARUT
Menurut para pkar domba seperti Prof. Didi Atmadilaga dan Prof. Asikin Natasasmita, bahwa Domba Garut
merupakan hasil persilangan antara domba local. Domba Ekor Gemuk dan Domba Merino yang dibentuk kira-kira
pada pertengahan abd ke 19 (±1854) yang dirintis oleh Adipati Limbangan Garut, sekitar 70 tahun kemudian yaitu
tahun 1926 Domba Garut telah menunjukan suatu keseragaman. Bentuk tubuh Domba Garut hampir sama dengan
domba lokal dan bentuk tanduk yang besr melingkar diturunkan dari Domba Merino, tetapi Domba Merino tidak
memiliki “insting” beradu.
Berat badan domba dapat mencapai 40 sampai 80 kg. Menurut beberapa ahli, bahwa Domba Garut selain memilki
keistimewaan juga sebagai penghasil daging yang sangat baik dalam upaya meningkatkan produksi ternak domba.
Jenis Domba Garut tergolong jenis domba terbaik, bahkan dalam perdagangannya dan paling cocok serta menarik
perhatian banyak masyarakat, mudah dipelihara oleh petani kecil karena relative lebih mudah pemeliharaannya dan
lebih cepat menghasilkan serta mudah diuangkan.
SEJARAH DOMBA GARUT
Domba Garut sesuai namanya berasal dari Kabupaten Garut tepatnya di daerah Limbangan, kemudian berkembang
dan kini menyebar ke seluruh pelosok Jawa Barat khususnya dan seluruh Indonesia umumnya.
Bentuk umum Domba Garut, tubuhnya relatif besar dan berbentuk persegi panjang, bulunya panjang dan kasar,
tanduk domba jantan besar dan kuat serta kekar (ini merupakan modal utama dalam seni ketangkasan domba.
Keistimewaan dengan tanduk yang besar melingkar ke belakang dan bervariasi, badan padat, agresivitasnya tinggi
sehingga memilki temperamen yang dindah dan unik.
Ciri khas Domba Garut yaitu pangkal ekornya kelihatan agak lebar dengan ujung runcing dan pendek, dahi sedikit
lebar, kepala pendek dan profil sedikit cembung, mata kecil, tanduk besar dan melingkar ke belakang. Sedangkan
betina tidak bertanduk, telinga bervariasi dari yang pendek (ngadaun hiris) sampai yang panjang dan memiliki
warna bulu yang beraneka ragam. Domba Garut banyak dijumpai memiliki daun telinga rumpung, sedangkan yang
memiliki daun telinga panjang dikenal dengan domba “BONGKOR”
Untuk mendapat Domba Garut yang baik harus dimulai dari betina yang kualitasnya sangat bagus, pejantan dari
keturunan Domba Garut memiliki performa yang baik pula. Para tokoh domba memelihara Domba Garut memiliki
karakter yang berbeda dalam merawatnya mulai dari anakan sampai dewasa (siap tanding).
Anak Domba Garut yang dipilih untuk dijadikan domba tangkas harus diberikan latihan beradu dan berlaga di
lapangan, tanpa diberi pelatihan Domba Garut tersebut tidak akan memiliki unsure seni di lapangan, sehingga tidak
indah dipandang ketika berlaga, yaitu mengenai langkah mundur dan langkah maju atu dengan kata lin
“Tembragan” atau tubrukannya tidak baik.
Sampai sekarang Domba Garut tetap memiliki unsure seni yang digemari dan merupakn ternak kebanggaan
masyarakat Jawa Barat.
Domba Garut sebagai domba kesayangan, setiap hari minggu selalu diadakan kontes atu pemidangan di setiap
daerh di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Garut, event ketangkasan Domba Garut digelar dalam hari besar
nasional, hari ulang tahun seperti hari jadi Garut, HUT TNI, HUT Kemerdekaan RI.
Kekeluargaan para penggemar Domba Garut khususnya di Jawa Barat diikat dengan organisasi profesi, yaitu
HPDKI, sehingga setiap kali digelar mereka dengan mudah untuk melaukan pertemuan di lapangan atu tempat
pemidangan yang khusus dibuat sebagai event Kontes Ternak Domba Garut berlaga.
ISTILAH KHUSUS DOMBA GARUT
Adeg-adeg : Kesesuaian postur tubuh mulai dari badan sampai kaki atau bentuk umum performa fisik yang
dinilai dari fostur (kekokohan badan, leher dn kepala), jingjingan (bentuk, ukuran dan
letak tanduk), ules (bentuk di raut muka).
Baracak : Kombinasi warna kulit domba dengan dominasi hitam atau abu-abu dan bercak-bercak kecil putih
Yang tidak teratur pada sekujur atau sebagian tubuhnya.
Baralak : Jenis bulu domba yang mirip dengan bercak yang ukurannya lebih besar.
CATUR BANGGA DOMBA GARUT
1. Ules Beungeut : Kasep, ngamenak dan ngaules
2. Mata : Kupa
3. Telinga : Rumpung, rumpung sapotong, ngadaun hiris dan ngadaun nangka saeutik
4. Tanduk : Nagbendo, golong tambang, setengah gayor, gayor, leang-leang sogong
5. Kualitas Tanduk : Poslen, waja, beusi, gebog
6. Warna Bulu : Sambung, riben sebak, belang sapi, macan, jog-jog, laken, baracak, monyet, kunyuk,
Lunglum, perak, bodas apu, jogja dan riben mencenges
7. Ekor : Ngabuntut beurit, ngabuntut bagong dan ngadaun waru
8. Kanjut/ Scrotum : Laer, ngarandu dan ngajantung
9. Kaki : Mancuh, kuda, regang waru, meureup ucing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar